PERSAHABATAN DI ATAS SEGALANYA (Cerpen) Part 2





Di sekolah, dari bel masuk hingga bel pulang, aku tidak ingin menemui Rendy. Jika dia menyamperi ku, aku menghindar. Begitupun dengan Mona, aku masih belum bisa berbicara kepadanya. Aku masih ingin sendirian, merenung dan berfikir, apa yang harus aku pilih diantara sahabat atau laki-laki yang kusuka. Semalaman aku tidak bisa tidur hanya karna hal itu. Aku masih belum bisa memutuskan jawabannya.

Keesokkan harinya, aku memutuskan untuk bertemu Mona. Aku memberanikan diri untuk bilang kepadanya kalau aku ingin menerima Rendy menjadi pacarku. Hal ini sudah sangat lama ku nantikan, karna aku sangat menyukai Rendy. Maka dari itu, aku memilih untuk menerimanya menjadi pacarku. Setelah bertemu Mona, aku menceritakan semuanya. Mona terlihat sangat kecewa dengan keputusanku itu, tetapi dia menerimanya. Akhirnya dia rela aku berpacaran dengan Rendy.

Aku sangat senang karna kini Rendy, orang yang sudah lama aku sukai menjadi pacarku. Tapi aku juga sedih, karna dengan demikian aku sudah tidak bersahabat lagi dengan Mona. Hari-hariku ku jalani berdua dengan Rendy, dia bukan hanya sekedar pacar bagiku tetapi juga sahabat baruku. Setelah dua bulan aku berpacaran dengan Rendy, terjadi perpecahan diantara kami berdua.

“Ren, kok kamu belakangan ini cuek sama aku?” tanyaku kepada Rendy.
“Hah? Enggak kok Gab, aku gak kenapa-napa, biasa aja ah.” Jawabnya.
“Kamu akhir-akhir ini beda banget sikapnya, dan lebih sering merhatiin hp daripada aku.”
“Ah gak juga kok, aku tetep merhatiin kamu kok, Gab.”
“Ah ya udahlah terserah kamu aja.” Jawabku lirih.

Hari demi hari, hubunganku dengan Rendy menjadi semakin renggang. Kami jarang menghubungi satu sama lain, kami juga jarang bersama ketika di sekolah. Perasaanku tidak enak, mengapa setiap hari Rendy selalu membawa hp-nya kemana-mana? Apa ada sesuatu yang tidak aku ketahui darinya? Aku mencoba mendekatinya dan bertanya kepadanya.

“Hai Rendy” sapaku sambil tersenyum manis.
“Eh Gaby, ada apa Gab?” jawabnya sambil tetap menatap tajam ke layar hp-nya.
“Ih kok kamu jawabnya gitu sih? Ada yang kamu sembunyiin dari aku ya?” tanyaku penasaran.
“Enggak kok, ada apaan sih? Kamu penasaran banget kayaknya.”
“Itu apa? Kenapa kamu belakangan ini selalu bawa hp kamu kemanapun kamu pergi? Sementara aku gak tau apa yang kamu lakuin. Aku ini masih kamu anggep sebagai pacar gak sih?”
“Apaan sih, Gab? Lebay banget, orang ini bukan apa-apa kok.”
“Coba sini aku liat.” Aku menarik hp-nya dari tangannya.

Ternyata perasaan tidak enak itu benar. Rendy mempunyai perempuan lain selain aku dan dia bilang lebih sempurna daripada aku. Aku tidak menyangka, orang yang aku percaya selama ini akan benar-benar menepati janjinya untuk selalu menjagaku ternyata hanya omong kosong. Bodohnya aku telah merelakan persahabatanku putus dengan Mona dan memilih orang seperti Rendy. Aku sangat menyesal. Sangat-sangat menyesal. Saat itu juga aku memutuskan Rendy.

“Ternyata selama ini perasaanku benar, kamu punya perempuan selain aku. Aku nyesel lebih milih kamu dibanding Mona.” aku berbicara dengan mata berkaca-kaca. “Kita putus, Ren.”
“Oh baiklah, itulah yang aku tunggu darimu, memutuskanku. Dan sekarang aku bebas berpacaran dengan Mona.”
“Hah? Apa kamu bilang? Mona? Jadi perempuan itu Mona? Sejak kapan kamu berpacaran dengannya?” tanyaku seperti mengintrogasinya.
“Iya Mona, ada masalah? Sejak kapan kamu tidak perlu tau.” Rendy menjawab kemudian meninggalkanku begitu saja.

Oh Tuhan, apa aku tidak salah dengar? Mona? Jadi selama ini mereka berpacaran di belakang ku? Tanpa kusadari air mata mengalir deras melewati pipiku. Baru saja aku ingin meminta maaf dengan Mona dan memintanya menjadi sahabatku lagi seperti dulu. Sepertinya niat itu tidak akan jadi. Sepulang sekolah, aku melihat Mona berjalan berdua dengan Rendy. Memang, aku tidak bisa berbohong kalau hatiku sungguh sakit. Tetapi, aku rasa itu adil bagi Mona, karena sekarang aku yang merasakan rasa sakit itu.

Satu bulan kemudian, kejadian yang sama denganku terulang. Mona dan Rendy kelihatan tidak sedekat dulu ketika pertama pacaran. Mereka berjauhan seperti selayaknya aku dan Rendy dulu. Aku yakin, pasti ada sesuatu hal yang terjadi diantara mereka. Esoknya, Mona berlari ke arahku dengan air mata mengucur deras dipipinya. Dia menceritakan semua yang terjadi diantaranya dan Rendy. Sudah kuduga, Rendy memiliki perempuan lain lagi dibelakang Mona. Aku heran, kenapa dulu aku suka dengan playboy seperti dia.

Melalui hal ini, aku dan Mona sadar bahwa persahabatan lebih penting dibandingkan laki-laki. Kami berdua berjanji akan selalu bersahabat sampai kapanpun dan tidak akan bertengkar lagi hanya karna kami menyukai seorang laki-laki yang sama, seperti halnya yang terjadi pada kami saat itu. Mulai sekarang, aku dan Mona kembali menjadi sepasang sahabat. Sahabat sejati selamanya.

***

Gimana? Cerpennya bagus gak?;D maaf ya kalau gak bagus, aku bukan profesional soalnya hehehe. Jadi intinya, persahabatan itu lebih penting dari seorang laki-laki. Jangan sampe kamu sama sahabat kamu berantem cuma karna suka sama laki-laki yang sama. Oke segini dulu ya, kapan-kapan aku akan ngepost cerpen lainnya buatan ku sendiri. Bye, see you on the next post! Salam blogger^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar